Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman Bin Baz

Beliau bernama Abu Abdillah Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Baz, dilahirkan di Riyadh pada bulan Dzulhijah 1330 H (1909). Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz telah menghapal Al-Qur’an di usianya yang masih anak-anak. Beliau belajar berbagai cabang ilmu syariat kepada sejumlah ulama negeri Saudi, diantaranya Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif Alu Asy-Syaikh, Asy-Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Asy-Syaikh, dan Yang Mulia Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh, mufti Kerajaan Saudi waktu itu. Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz tinggal bersama Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim dan belajar kepada beliau selama kurang lebih 10 tahun. Bisa dikatakan Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz banyak mendapatkan pelajaran ilmu-ilmu syariat dari keluarga (keturunan) Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab.

Berikutnya Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz diangkat menjadi Qadhi dan beliau bekerja selama 14 tahun sampai beliau dipindah tugas ke bagian pendidikan. Beliau kemudian aktif mengajar selama 9 tahun di Sekolah Syairah Islamiyah Riyadh. Beliau kemudian diangkat menjadi Wakil Kepala Universitas Islam Madinah, namun tak lama kemudian beliau diangkat menjadi Kepala Universitas di tempat yang sama. Terakhir beliau diangkat menjadi Ketua Umum Lembaga Riset Islam, Fatwa dan Dakwah Kera-jaan Saudi.

Beliau pun ditunjuk menjadi mufti besar Kerajaan Saudi, sebagai ketua beberapa lembaga Islam diantaranya Lembaga Kibarul Ulama Saudi Arabia, Lembaga Tetap untuk Riset Islam dan Fatwa, Lembaga Dana Liga Muslim Dunia, Lembaga Masjid Interna-sional, dan Lembaga Tinggi Universitas Islam Madinah. Beliau meninggal pada hari Kamis, 27 Muharram 1420 H (13 Mei 1999). Semoga Allah merahmati beliau.

Keteladanan dari Asy-Syaikh ibn Baz

Menerapkan Sunnah dalam Semua Urusan
Ibrahim bin Abdul Aziz Asy-Syithri menceritakan:
Saat itu saya sedang bersama Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika ada telepon dari seseorang untuk meminta fatwa. Bertepatan dengan itu muadzin telah menguman-dangkan adzan, maka Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz berkata kepada penelepon, “Kami akan menjawab adzan dulu,” sambil beliau meletakkan gagang telepon.
Setelah selesai menjawab adzan dan berdoa, beliau kembali berbicara kepada penelepon yang masih menunggu jawaban dari beliau.
Kejadian ini menggambarkan betapa Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz sangat bersemangat dalam menerapkan Sunnah di semua urusan.
Mawaqif Madhiah fi Hayat al-Imam ‘Abdul ‘Aziz bin Baz -halaman 213

Sedih saat Teringat Ulama Lain yang telah Meninggal Dunia.
Doktor Nashir bin Misfir az-Zahrani mengisahkan:
Kapan saja Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz teringat kepada ulama yang telah meninggal dunia, khususnya mereka yang dekat dengan beliau, maka beliau akan mengalami kesedihan yang demikian dalam. Beliau kemudian akan berdoa untuk mereka, menangis dan akan tercekat (tidak bisa bicara karena sedih).
Suatu hari, beliau bercerita tentang gurunya, Asy-Syaikh al-Allamah Muhammad bin Ibrahim rahimahullah, namun beliau tidak mampu untuk menguasai diri agar tidak menangis. Saya duduk di samping beliau untuk beberapa saat, sementara asisten beliau membacakan fatwa-fatwa dari Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah. Dalam beberapa kasus, Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim berbeda pandangan dengan Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz, maka beliau pun tersenyum dan mendoakan gurunya itu.
Mawaqif Madhiah fi Hayat al-Imam ‘Abdul ‘Aziz bin Baz -halaman 215

“Ini hanya untuk mengisi waktu.”
Sa’ad ad-Dawud menceritakan:
Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz sangat hati-hati dalam mengisi waktu. Bila beliau melakukan perjalanan dengan mobil untuk mengajar atau menghadiri pertemuan, maka beliau akan membawa sejumlah buku untuk dibaca sambil jalan. Saya tidak tahu berapa buku yang telah beliau baca dimana beliau bisa mengambil catatan-catatan yang berman-faat darinya. Ketika hal ini ditanyakan kepada beliau, beliau hanya menjawab singkat, “Ini hanya untuk mengisi waktu.” (Mawaqif Madhiah fi Hayat al-Imam ‘Abdul ‘Aziz bin Baz -halaman 194-195)

“Saya datang ke Riyadh di malam yang dingin…”
Abdullah bin Muhammad al-Mu’taz menceritakan: Asy-Syaikh Muhammad Hamid, Ketua Paguyuban Ashabul Yaman di negara Eretria berkisah:
Saya datang ke Riyadh di malam yang dingin dalam keadaan tidak punya uang untuk menyewa hotel. Saya kemudian berpikir untuk datang ke rumah Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz. Saat itu waktu menunjukkan pukul 03.00 pagi. Awalnya saya ragu, namun akhirnya saya putuskan untuk pergi ke rumah beliau.
Saya tiba di rumah beliau yang sederhana dan bertemu dengan seseorang yang tidur di pintu pagar. Setelah terbangun, ia membukakan pintu untukku. Saya memberi salam padanya dengan pelan sekali supaya tidak ada orang lain yang mendengarnya karena hari begitu larut.
Beberapa saat kemudian aku melihat Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz berjalan menuruni tangga sambil membawa semangkuk makanan. Beliau mengucapkan salam dan memberikan makanan itu kepada saya. Beliau berkata, “Saya mendengar suara anda kemudian saya ambil makan ini karena saya berpikiran anda belum makan malam ini.”
Demi Allah, saya tidak bisa tidur malam itu, menangis karena telah mendapatkan perlakuan yang demikian baik.
Mawaqif Madhiah fi Hayat al-Imam ‘Abdul ‘Aziz bin Baz -halaman 233

“Ya Syaikh, dia telah berkata tentang anda dan mencela anda…”
Doktor Nashir bin Misfir az-Zahrani menceritakan:
Beberapa mahasiswa datang kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz untuk melaporkan keadaan seseorang. Mereka menerangkan tentang kesalahan-kesalahan orang tersebut dan ketergelincirannya dalam beberapa penyimpangan. Maka beliau pun meminta asistennya untuk membuat catatan sehingga beliau nanti bisa menegur dan menasehati orang tersebut.
Sementara asistennya sedang mencatat, salah seorang mahasiswa berkata, “Ya Syaikh, dia pernah berkata tentang anda dan mencela anda.”
Seketika itu Asy-Syaikh Abdul Aziz ibn Baz meminta asistennya untuk berhenti mencatat karena beliau merasa bahwa apa yang akan dilakukan bisa dianggap sebagai balas dendam (karena orang itu telah mencela beliau).
Mawaqif Madhiah fi Hayat al-Imam ‘Abdul ‘Aziz bin Baz -halaman 204

Tidak ada komentar: