Wahab bin Munabbih berkata bahwa tatkala Iskandar Dzulqarnain (Alexander The Great) sampai di daerah timur, ada seorang raja yang berkata kepadanya, “Jelaskan kepada saya tentang manusia,” Ia menjawab, “berbicara kepada orang yang tidak mengerti sama seperti mengajari orang mati. Berbicara kepada orang yang tidak berakal sama seperti memasak besi untuk dijadikan lauk. Sedangkan berbicara kepada orang yang tidak mau mendengar sama seperti menghidangkan makanan kepada ahli kubur.
Yazid bin Maisaroh berkata, “Jangan berikan ilmu anda kepada orang yang tidak memintanya. Jangan sebarkan mutiara pada orang yang tidak mau memungutnya. Dan jangan menggelar dagangan anda di sisi orang yang akan menghancurkannya.”
Imam Syafi’i berkata, “Barangsiapa menasehati saudaranya secara rahasia, maka ia telah menasehatinya & menghiasinya. Dan barangsiapa menasehatinya secara terang-terangan (terbuka), maka ia telah mencemarkan nama baiknya dan mengkhianatinya
Dulu Ali bin Husain dikenal kikir. Tapi ketika ia meninggal dunia, mereka baru mengetahui bahwa ternyata ia memberi makan kepada 100 keluarga di kota Madinah
Jailan bin Farwah berkata bahwa Allah mewahyukan kepada Nabi Musa ‘alaihis salam: “Jika engkau berdzikir kepadaKU, maka berdzikirlah dengan anggota tubuh yang bergetar, dan berdzikirlah kepadaKU dengan khusyuk dan tenang. Jika engkau berdzikir kepadaKU maka jadikanlah lisanmu berada di belakangh hatimu. Jika engkau berdiri di hadapanKU, maka berdirilah sebagai hamba yang hina daan rendah. Kecamlah nafsumu, karena ia pantas dikecam. Bermunajatlah kepadaKU dengan hati yang bergetar dan lisan yang jujur.”
Sa’id bin Abdul Aziz berkata bahwa ia pernah bertanya kepada Umair bin Hani, “Lisanmu tidak pernah berhenti berdzikir kepada Allah. Berapa banyak engkau ber-tasbih dalam sehari semalam?” Ia menjawab, “Seratus ribu, kecuali jika jari-jemariku melakukan kesalahan.”
Ka’bul Ahbar berkata, “Terangilah rumahmu dengan dzikrullah. Berikanlah rumahmu bagian dari shalatmu. Karena demi Tuhan yang jiwa Ka’ab berada di TanganNYA, nama mereka disebut para Malaikat, Mereka dikenal oleh penduduk langit, bahwa Fulan bin Fulan memakmurkan rumahnya dengan dzikrullah.”
Manshur berkata, “Aku pernah mendengar kabar bahwa sebagian orang yang diceburkan ke dalam neraka meniupkan bau ytang sangat mengganggu penghuni lainnya. Lalu ia ditanya, “Celaka kau, apa yang pernah kau lakukan? Tidak cukupkah kebusukan yang ada pada diri kami sehingga kami mendapatkan tambahan malapetaka dengan kehadiranmu dan bau busukmu?” Ia menjawab, “Dulu aku mempunyai ilmu, tapi aku tidak mengamalkannya.”
Shalih bin Marhan berkata, “Setiap tukang tidak bisa mengerjakan pekerjaannya kecuali dengan alat, dan alatnya Islam adalah ilmu. Jika anda melihat orang berilmu yang tidak hati-hati terhadap ilmunya, maka anda tidak boleh mengambil ilmu darinya.”
Hafash bin Humaid berkata bahwa ia pernah bertanya kepada Daud Ath Tho’iy tentang suatu masalah, lalu dijawab, “Bukankah seorang prajurit yang hendak pergi ke medang perang akan mengumpulkan alat-alat dan perlengkapannya? Tetapi jika umurnya habis untuk mengumpulkan alat, lalu kapan ia berperang? Ilmu itu sesungguhnya adalah alat untuk beramal. Tetapi jika umurnya habis untuk menuntut ilmu, lalu kapan ia bermal?”
Al-A’masy berkata bahwa Khaitsamah suka datang ke masjid dengan membawa beberapa kantong kain (berisi uag) lalu duduk bersama teman-temannya. Apabila ia melihat salah seorang temannya memakai baju atau jubah yang robek lalu orang tersebut bangkit dan keluar dari masjid, maka ia segera membututinya dan mengatakan, “Ambilllah kantong (uang) ini dan gunakanlah untuk membeli jubah atau baju.”
Ja’far berkata bahwa ia mendengar Malik bin Dinar sering berkata kepada Mughirah bin Habib, “Setiap saudara, teman dan sahabat yang tidak bisa memberikan nilai tambah dalam urusan agama anda, maka putuskanlah persahabatan dengannya.”
Abu Daud Ath Thoyalisi berkata, “Kami pernah duduk bersama Syu’bah, lalu tiba-tiba Sulaiman bin Mughirah datang sambil menangis. “Apa yang membuaamu menangis wahai Abu Sa’id?” Tanya Syu’bah. Ia menjawab, “Keledaiku mati, Jum’atku hilang dan kebutuhan-kebutuhanku pun hilang.” “Berapa harganya?” tanya Syu’bah. “Tiga dinar!” jawaabnya. Syu’bah berkata, “Aku punya uang 3 dinar, demi Allah aku tidak punya yang lain. Hai nak, ambilkan kantong itu!” Ternyata di dalamnya berisi uang tiga dinar. Ia menyerahkan uang itu kepada Sulaiman dan berkata, “Gunakanlah uang ini untuk membeli keledai, dan jangan menangis.”
Abdullah bin Mubarak bercerita bahwa Salam bin Abi Muthi’ berkata, “Orang yang zuhud dibagi menjadi 3 macam. Pertama, mengikhlaskan amal perbuatan dan ucapan kepada Allah tanpa pamrih duniawi sedikitpun. Kedua, meninggalkan sesuatu yang tidak patut dan mengerjakan sesuatu yang patut. Ketiga, zuhud terhadap sesuatu yang halal, dan hal ini sifatnya sunnah dan yang paling rendah tingkatannya.”
Mu’awiyah bin Abdul Karim pernah berkata, “Mereka pernah berbicara tentang zuhud di sisi Hasan. Ada yang mengatakan pakaian, ada yang mengatakan makanan, dan ada yang mengatakan ini dan itu. lalu Hasan berkata, “Kalian belum mengerti. Orang yang zuhud itu apabila melihat seseorang, maka ia berkata, ‘Dia lebih baik daripada aku.’ “.
Ibrahim bin Adham berkata, “Zuhud itu ada tiga macam, zuhud wajib, zuhud keutamaan, dan zuhud keselamatan. Zuhud wajib yaitu zuhud terhadap sesuatu yang haram. Zuhud keutamaan yaitu zuhud terhadap sesuatu yang halal. Dan zuhud keselamatan yaitu zuhud terhadap sesuatu yang syubhat.
Al-Furqon
Pembedah
Nasehat
احـــذر لـــســا نـــك أن يــقــول فـــتــبـتـلى إن الــبــلاء مـــوكــل بــا لـــمـــنــطــق
Jaga lidahmu untuk berujar dari petaka. Sebab petaka itu bergantung pada ucapan
لا تـــخــــشى مـــن كــيـــد الـــعـــدو ومــكـــرهـــم فــــقــــتـــالـــهــــم بـالـــزور والـــبـــهـــتـــان
Janganlah engkau takut akan tipu daya musuh Karena senjata mereka hanyalah kedustaan
الإ نــســـان عــــد و لـــمـــا يـــجــــهـــلـــه “Manusia itu akan senantiasa memusuhi setiap yang tidak ia ketahui.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar