AVIAN INFLUENZA

AVIAN INFLUENZA




Avian influenza (AI) adalah penyakit pada unggas disebabkan oleh virus yang menyerang ayam, kalkun, itik, angsa dan spesies unggas lain terutama burung migrasi. Gejala yang ditimbulkan bervariasi, mulai dari infeksi tanpa gejala atau gejala ringan sampai dengan akut hingga terjadi kematian. Gejala klinis bervariasi tergantung beberapa faktor antara lain virus yang menginfeksi, spesies hewan, umur, jenis kelamin, penyakit lain dan lingkungan kandang.
Avian influenza lazim disebut flu burung, yang ganas dapat muncul dengan tiba-tiba di kandang, dan banyak ayam yang mati tanpa gejala yang termonitor seperti depresi, lesu, bulu rontok dan panas. Kerabang telur yang diproduksi lembek dan segera diikuti pemberhentian produksi. Muka dan pial kebiruan, kaki kemerahan dan udem. Ayam mengalami diare dan terlihat sangat haus. Pernapasan terlihat berat. Terjadi perdarahan pada kulit yang tanpa bulu. Kematian bervariasi dari 50% sampai dengan 100%. Wabah penyakit flu burung yang melanda dunia, khususnya kawasan Asia, memang sangat menjadi perhatian, baik masyarakat luas maupun badan kesehatan dunia seperti WHO. Hal ini disebabkan oleh flu burung yang dapat menular pada manusia dan berakibat fatal karena dapat membawa kematian. Kasusnya sangat gencar diberitakan diberbagai media massa sehingga membuat resah banyak pihak.

Virus fowl plaque pertama kali diketahui pada tahun 1878 sebagai penyebab penyakit pada ayam di Italia. Pada tahun 1955 virus tersebut dimasukkan ke dalam virus influenza, anggota famili Orthomyxoviridae. Virus influenza yang telah membentuk famili tersebut dibagi menjadi influenza tipe A, B atau C berdasarkan perbedaan antigen nucleoprotein dan protein matrix yang terdapat pada partikel virus. Partikel virus ini mempunyai lapisan luar yang mengandung glicoproptein yang berperan dalam aktivitas aglutinasi, disebut antigen hemagglutinin (HA) dan neuramidase (NA). Perbedaan kedua antigen itu digunakan untuk mengindentifikasi serotipe virus influenza dengan inisial huruf H (untuk antigen hemaglutinin) dan N (untuk antigen neuramidase), disertai angka dibelakangnya, salah satu contoh H5N1. Virus avian influenza –yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan flu burung- termasuk dalam tipe A. Di antara virus influenza tipe A terdapat 15 jenis antigen hemaglutinin (H1 sampai dengan H15) dan 9 jenis antigen neuramidase (N1 sampai dengan N9). Virus influenza yang biasa menyerang ternak (kuda, babi dan unggas) termasuk kedalam tipe A, perlu dicatat bahwa virus tipe A merupakan tipe yang dapat menimbulkan wabah pada manusia. Tipe B dan C menyerang manusia, tetapi tidak menyerang ternak. Pada umumnya zat kebal tubuh yang ditimbulkan karena imunisasi atau infeksi virus alami dapat menangkal serangan infeksi virus yang kedua. Prinsip serangan sistem kekebalan pada penyakit flu burung tertuju pada hemagglutinin virus. Gen virus flu burung ini mudah mengalami mutasi yang dapat membuat perubahan karakter virus. Sebagai hasil mutasi gen terjadi perubahan komposisi asam amino hemaglutinin virus ini secara konstan, sehingga perlindungan penderita yang terinfeksi virus flu burung menurun secara perlahan-lahan. Keadaan ini disebut antigenic drift. Perubahan yang perlahan-lahan ini tidak merubah kedudukan ikatan antibodi dengan antigen. Mutasi asam amino individual semacam itu tidak menimbulkan wabah. Sehingga hanya kehilangan kekebalan sebagian pada suatu populasi dan beberapa infeksi yang terjadi hanya menimbulkan gejala ringan.
Akan tetapi jika seluruh bagian hemaglutinin baru terdapat di dalam virus, dapat menimbulkan wabah yang luas ke seluruh dunia. Hal ini terjadi karena tidak ada lagi perlindungan kekebalan yang tersisa untuk melawan infeksi virus baru tersebut. Keadaan ini disebut antigenic shift. Pada suatu keadaan tertentu dapat terjadi dua strain virus menginfeksi sebuah sel. Pertukaran segmen gen antara virus asal manusia dan virus asal unggas dapat terjadi dan akan menghasilkan virus reassortant baru. Pertukaran partikel RNA terjadi pada proses pembentukan nucleocapsid virus baru. Sehingga diperoleh virus dengan selubung luar protein berasal dari suatu virus dengan partikel RNA baru yang berbeda dengan induknya. Virus ini dapat sangat berbahaya. Salah satu pandemik yang diyakini sebagai hasil reassortment antara influenza manusia dan burung adalah terjadi pada tahun 1918 dan menelan korban 20 juta orang meninggal.

Babi dinilai oleh para ahli sebagai tempat reassortment gen virus flu burung. Oleh karena itu memberikan hewan mati terinfeksi kepada babi dapat menimbulkan virus flu burung baru yang ganas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka dianjurkan agar ayam yang terinfeksi atau mati karena terinfeksi flu burung harus dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar. Robert Webster dari rumah sakit anak di Memphis, Amerika Serikat menyatakan virus flu dari manusia dapat menular ke babi dan virus flu burung dari unggas juga dapat menular ke babi. Pada tubuh babi kedua virus tersebut dapat bermutasi atau saling bertukar gen dan menjadi subtipe virus baru. Pembentukan subtipe virus baru itu memungkinkan terjadinya penularan virus dari hewan ke manusia. Penularan dengan cara itu sangat mungkin terjadi di Cina karena lokasi peternakan ayam, babi dan permukinan manusia berdekatan. Di Indonesia perlu diatur agar peternakan ayam harus jauh dari peternakan babi untuk mencegah terjadinya reassortment gen virus flu burung dan flu manusia.

Yang perlu dikhawatirkan adalah terjadinya perubahan sifat genetik virus yang disebut genetic reassortment. Virus influenza H5N1 pada awalnya diperkirakan penyebarannya melalui burung -burung liar yang secara periodik melakukan migrasi pada setiap perubahan musim. Virus kemudian menular ke peternakan unggas. Pada awalnya virus itu hanya mampu menginfeksi dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat pada unggas, kemudian pada babi dan binatang-binatang lainnya. Kedekatan manusia dan unggas salah satu faktor timbulnya genetic reassortment. Perubahan ini memberi kemampuan H5N1 untuk menembus sel tubuh manusia dan menyebabkan sakit, serta merusak sistem pernafasan dan pada kasus berat berakhir dengan kematian. Jadi semakin banyak manusia/masyarakat berhubungan dengan unggas yang sakit, semakin besar kemungkinan terjadinya genetic reassortment.

Kita menyadari bahwa flu burung atau Avian Influenza adalah penyakit yang mampu melintas batas ( transboundary disesase), sehingga potensi endemisitas dan pandeminya tinggi. Salah satu cara mencegah genetic reassortment dengan cara biosecurity diperternakan unggas lebih ketat dan tidak hanya menyemprotkan obat desinfektan saja tetapi melengkapi para pekerja unggas ini dengan Alat Pelindung Diri (APD) berupa sarung tangan, masker, sepatu boot, baju pelindung, kaca mata serta topi. Yang terpenting dari itu semua adalah mengubah sikap dan perilaku peternak unggas terhadap tindakan biosecurity sendiri. Masa inkubasi pada unggas 1 minggu dan pada manusia berlangsung 1-3 hari, masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala, pada anak –anak mencapai 21 hari.

Virus flu burung (H5N1) dapat menyebar dengan cepat di antara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat menyebar antarpeternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Penyakit ini juga teridentifikasi bersifat zoonosis, yaitu menular dari hewan ternak ke manusia. Penularan Antar-Ternak Unggas Penyakit flu burung dapat ditularkan dari unggas ke unggas lain atau dari peternakan ke peternakan lainnya dengan cara sebagai berikut:

  1. Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka.
  2. Melalui lendir yang berasal dari hidung dan mata.
  3. Melalui kotoran (feses) unggas yang terserang flu burung.
  4. Lewat manusia melalui sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan virus.
  5. Melalui pakan, air, dan peralatan kandang yang terkontaminasi.
  6. Melalui udara karena memiliki peran penting dalam penularan dalam satu kandang, tetapi memiliki peran terbatas dalam penularan antarkandang.
  7. Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus dari dalam sal uran intestinal dan dilepaskan lewat kotoran.

Penularan dari Ternak ke Manusia
Faktor yang dapat membatasi penularan flu burung dari ternak ke manusia adalah jarak dan intensitas dalam aktivitas yang berinteraksi dengan kegiatan peternakan. Semakin dekat jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan lingkungan manusia maka peluang untuk menularnya virus bisa semakin besar. Penularan virus ke manusia lebih mudah terjadi jika orang tersebut melakukan kontak langsung dengan aktivitas ternak. Perla diperhatikan pula cara pengolahan dan pemasakan daging unggas. Daging yang dimasak harus dipastikan benar –benar matang untuk menghindari adanya sisa kehidupan dari virus. Kematian virus dapat terjadi jika dipanaskan dengan suhu 60 0C selama 3 jam. Semakin meningkat suhu akan semakin cepat mematikan virus. Telur yang cangkangnya terdapat kotoran kering perla diwaspadai. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kotoran yang menempel pada telur tadi berasal dari kotoran unggas yang terjangkit flu burung. Jika memperoleh telur seperti ini maka sebaiknya segera mencuci tangan dengan alkohol setelah memegang telur. Sebaiknya menghindari makan telur yang tidak matang atau setengah matang karena kemungkinan masih ada virus yang terkandung di dalamnya.

Penularan Antar-Manusia
Orang yang mempunyai risiko besar terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas, penjual, penjamah unggas, sampai ke dokter hewan yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan. Kemungkinan penularan flu burung antar-manusia kecil, tetapi tetap perla diwaspadai.

Gejala-gejala flu burung pada masyarakat amat beragam yang bisa dideteksi dan perlu diwaspadai adalah:

  1. Adanya kenaikan suhu badan sekitar 39 0C.
  2. Keluarnya eksudat hidung yang bersifat mucus (lendir) bening
  3. Batuk dan sakit tenggorokan
  4. Nafsu makan berkurang, muntah, nyeri perut dan diare
  5. Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
  6. Sesak nafas dan radang paru-paru (pneumonia)
  7. Pusing.

Pada unggas yang bisa dilihat adalah:
  1. Jengger bewarna biru
  2. Adanya borok atau luka dikaki
  3. Lendir di rongga hidung
  4. Lemas dan malas makan
  5. Kematian mendadak

PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan yang bisa kita lakukan adalah:
  1. Menjaga kebersihan diri sendiri antara lain mandi dan sering cuci tangan dengan sabun, terutama yang sering bersentuhan degan unggas.
  2. Membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal kita.
  3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (masker, sepatu, kaca mata dan topi serta sarung tangan) bagi yang biasa kontak dengan unggas.
  4. Melepaskan sepatu, sandal atau alas kaki lainnya di luar rumah.
  5. Bersihkan alat pelindung diri dengan deterjen dan air hangat, sedangkan benda yang tidak bisa kita bersihkan dengan baik dapat dimusnahkan.
  6. Memilih unggas yang sehat (tidak terdapat gejala flu burung) hindari membeli unggas dari daerah yang diduga tertular flu burung.
  7. Memilih daging unggas yang baik yaitu segar, kenyal (bila ditekan daging akan kembali seperti semula), bersih tidak berlendir, berbau dan bebas kotoran unggas lainnya serta jauh dari lalat dan serangga lainnya.
  8. Sebelum menyimpan telur unggas dicuci lebih dulu agar bebas dari kotoran unggas lainnya.
  9. Memasak daging dan telur unggas hingga 70 0C sedikitnya selama 1 menit. Sejauh ini bukti ilmiah yang ada mengatakan aman mengkonsumsi unggas dan produknya asal telah dimasak dengan baik.
  10. Pola hidup sehat secara umum dapat mencegah flu seperti istirahat cukup untuk menjaga daya tahan tubuh ditambah dengan makan dengan gizi seimbang serta olah raga teratur dan jangan lupa komsumsi vitamin C.
  11. Hindari kontak langsung dengan unggas yang kemungkinan terinfeksi flu burung, dan laporkan pada petugas yang berwenang bila melihat gejala klinis flu burung pada hewan piaraan.
  12. Tutup hidung dan mulut bila terkena flu agar tidak menyebarkan virus.
  13. Pasien influenza dianjurkan banyak istirahat, banyak minum dan makan makanan bergizi.
  14. Membawa hewan ke dokter hewan atau klinik hewan untuk memberikan imunisasi.
  15. Sering mencuci sangkar atau kurungan burung dengan desinfektan dan menjemurnya dibawah sinar matahari, karena sinar ultra violet dapat mematikan virus flu burung ini.
  16. Apabila anda mengunjungi pasien flu burung, ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk menggunakan pakaian pelindung (jas lab) masker, sarung tangan dan pelindung mata. Pada waktu meninggalkan ruangan pasien harus melepaskan semua alat pelindung diri dan mencuci tangan dengan sabun.
  17. Bila ada unggas yang mati mendadak dengan tanda –tanda seperti flu burung harus dimusnahkan dengan cara dibakar dan dikubur sedalam 1 meter.








Tidak ada komentar: